Sumber Kesaksian: Didi
Alam pegunungan ini indah. Ditumbuhi pepohonan, kebun teh. Semua ini menandakan betapa besar dan agungnya Tuhan. Semua orang pasti mengakui bahwa pemandangan ini indah. Dulu saya juga dapat melihat dan menikmati apa yang dilihat oleh orang banyak. Tapi sekarang saya tidak bisa merasakan hal itu. Sejak umur 36 tahun, saya mengalami suatu kecelakaan. Saya terjatuh pada suatu tanah yang landai sehingga mata saya mengalami kerusakan dan tidak dapat lagi terobati.
Kecelakaan ini merubah hidup Didi.
Sejak saat itu saya menjadi orang yang paling kecewa. Dengan keadaan tubuh saya yang seperti ini, berbadan kecil dan tidak dapat berbuat banyak sehingga orang menganggap saya remeh. Ditambah dengan tidak mempunyai penglihatan, saya tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan untuk dapat membela hidup saya sendiri.
Didi semakin terpuruk sehingga ia menjadi tidak percaya diri dan putus asa karena keadaannya. Hingga satu hari ia teringat akan satu firman Tuhan.
Kemudian saya teringat firman Tuhan yang pernah diceritakan oleh orang tua saya bahwa Tuhan selalu menjawab dan menolong dan dapat menyembuhkan. Itu membuat saya menguatkan diri untuk pergi ke bukit doa dan mengadakan doa serta puasa selama tiga hari tiga malam. Namun hasilnya sungguh mengecewakan, mata saya tetap tidak dapat disembuhkan.
Ketika kesembuhan tidak ia peroleh, Didi seperti jatuh dari bukit. Namun kembali firman Tuhan yang lain dapat membuatnya bangun dari keadaannya.
Tapi tetap saya teringat satu firman Tuhan lain yang mengatakan bahwa dengan keadaannya seperti itu kemuliaan Tuhan akan dinyatakan. Saya lalu berpikir, mungkin seperti itulah saya?. Tapi kemuliaan Tuhan seperti apa yang bisa terjadi dalam hidup saya?. Setelah itu saya banyak berdiam diri, merenung dan berdoa.
Tuhan bekerja saat Didi mulai berserah.
Setelah dua tahun berlalu ada seorang hamba Tuhan yang datang yaitu bapak Paulus Ateng. Dia lalu membawa saya untuk bersama-sama melayanidi tempat dia bekerja di ladang Tuhan.
Di bawah bimbingan Paulus Ateng, Didi belajar bermain musik.
Saya minta pak Didi untuk ada bersama dengan saya untuk melayani di gereja. Saya mencoba mengajar bapak Didi sedikit demi sedikit, tapi pada kenyataannya dia menimba lebih banyak pelajaran dari saya. Dia mulai melayani dan melayani. Ini membuat dirinya menjadi lebih mantap. Itu sangat luar biasa.
Kini Didi memberikan seluruh waktunya untuk melayani Tuhan. Tidak hanya dalam bidang musik, tetapi juga dalam bidang administratif. Ia juga selalu menceritakan asih Tuhan kepada banyak orang. Tidak hanya sampai disitu, dalam keadaan yang minim, ia diberi kepercayaan lain oleh Tuhan yaitu membangun sebuah rumah tangga.
Tuhan memberikan seorang anak, dan itu menjadi tanggung jawab seorang bapak tentunya. Saya mulanya sempat bingung : "Tuhan, bagaimana saya bisa bertanggung jawab untuk kedua orang ini? Sedangkan saya juga bingung untuk mengurus diri sendiri." Semua itu sukar dijawab dengan akal sehat manusia kecuali dengan iman. Jadi sampai hari ini saya hanya bisa hidup dengan iman saya pada Tuhan.
Tuhan juga memberikan karunia khusus pada Didi untuk dapat membantu orang lain. Didi dengan mudah dapat melakukan pengurusan surat-surat penting. Membantu mengurus pasport dan surat SKBRI dapat dia lakukan. Bahkan Didi dapat membantu pengurusan catatan sipil seorang rekannya.
Didi akhirnya tersadar tentang kemuliaan Tuhan.
Memang saya tidak dapat lagi melihat keindahan alam ini. Tapi dengan mata hati, saya dapat melihat keindahan kasih Tuhan yang melebihi keindahan alam ini. Tuhan Yesus yang selama ini menjadi penolong saya, Dialah yang membuat saya menjadi berharga. Dan Tuhan Yesus benar-benar menjadi penolong bagi jiwa. Satu keindahan bagi hidup saya. Perlindungan bagi hari-hari kehidupan saya.
Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. (1 Samuel 16:7b)